KEEP ISTIQOMAH DIJALAN DAKWAH!!!

"Da'wah ini tidak mengenal sikap ganda. Ia hanya mengenal satu sikap totalitas. Siapa yang bersedia untuk itu, maka ia harus hidup bersama da'wah dan da'wah pun melebur dalam dirinya. Sebaliknya, barangsiapa yang lemah dalam memikul beban ini, ia terhalang dari pahala besar mujahid dan tertinggal bersama orang-orang yang duduk. Lalu Alloh swt akan mengganti mereka dengan generasi lain yang lebih baik dan lebih sanggup memikul beban da'wah ini." [Hasan Al Banna]

Selasa, 24 Agustus 2010

Makna dan Hakekat tawazun

Tawazun artinya keseimbangan. Sebagaimana Allah telah menjadikan alam beserta isinya berada dalam sebuah keseimbangan (67: 3).

Manusia dan agama lslam kedua-duanya merupakan ciptaan Allah yang sesuai dengan fitrah Allah. Mustahil Allah menciptakan agama lslam untuk manusia yang tidak sesuai Allah (30: 30). Ayat ini menjelaskan pada kita bahwa manusia itu diciptakan sesuai dengan fitrah Allah yaitu memiliki naluri beragama (agama tauhid: Al-Islam) dan Allah menghendaki manusia untuk tetap dalam fitrah itu. Kalau ada manusia yang tidak beragama tauhid, itu hanyalah karena pengaruh lingkungan (Hadits: Setiap bayi terlahir daIam keadaan fitrah (Islam) orang tuanyalah yang menjadikan ia sebagai Yahudi, Nasrani atau Majusi)

Sesuai dengan fitrah Allah, manusia memiliki 3 potensi, yaitu Al-Jasad (Jasmani), Al-Aql (akal) dan Ar-Ruh (rohani). Islam menghendaki ketiga dimensi tersebut berada dalam keadaan tawazun (seimbang). Perintah untuk menegakkan neraca keseimbangan ini dapat dilihat pada QS. 55: 7-9.

Ketiga potensi ini membutuhkan makanannya masing-masing. :

1. Jasmani.
Mu’min yang kuat itu lebih baik dan lebih disukai Allah daripada mukmin yang lemah (HR. Muslim). Kebutuhannya adalah makanan, yaitu makanan yang halaalan thayyiban (halal dan baik) [80:24, 2:168], beristiharat [78:9], kebutuhan biologis [30: 20-21] & hal-hal lain yang menjadikan jasmani kuat.

2. Akal
Yang membedakan manusia dengan hewan adalah akalya. Akal pulalah yang menjadikan manusia lebih mulia dari makhluk-makhluk lainnya. Dengan akal manusia mampu mengenal hakikat sesuatu, mencegahnya dari kejahatan dan perbuatan jelek. Membantunya dalam memanfaatkan kekayaan alam yang oleh Allah diperuntukkan baginya
supaya manusia dapat melaksanakan tugasnya sebagai khalifatullah fil-ardh (wakil Allah di atas bumi) [2:30, 33:72]. Kebutuhan akal adalah ilmu [3:190] untuk pemenuhan sarana kehidupannya.

3. Ruh (hati)
Kebutuhannya adalah dzikrullah [13:28, 62:9-10]. Pemenuhan kebutuhan rohani sangat penting, agar roh/jiwa tetap memiliki semangat hidup, tanpa pemenuhan kebutuhan tersebut jiwa akan mati dan tidak sanggup mengemban amanah besar yang dilimpahkan kepadanya.

Dengan keseimbangan manusia dapat meraih kebahagian hakiki yang merupakan nikmat Allah. Karena pelaksanaan syariah sesuai dengan fitrahnya. Untuk skala umat, ke-tawazunan akan menempatkan umat lslam menjadi umat pertengahan/ ummatan wasathon [2:143]. Kebahagiaan itu dapat berupa:
- Kebahagiaan bathin/jiwa, dalam Bentuk ketenangan jiwa [13:28]
- Kebahagian zhahir/gerak, dalam Bentuk kestabilan, ketenangan beribadah, bekerja dan aktivitas lainnya.
Dengan menyeimbangkan dirinya maka manusia tersebut tergolong sebagai hamba yang pandai mensyukuri nikmat Allah. Dialah yang disebut manusia seutuhnya.

Contoh-contoh manusia yang tidak tawazun
• Manusia Atheis: tidak mengakui Allah, hanya bersandar pada akal (rasio sebagai dasar) .
• Manusia Materialis: mementingkan masalah jasmani / materi saja.
• Manusia Pantheis (Kebatinan): bersandar pada hati/ batinnya saja.

Jumat, 20 Agustus 2010

32 Cara Berbakti Pada Orang Tua

Asy Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu

1. Berbicaralah kamu kepada kedua orang tuamu dengan adab dan janganlah mengucapkan “Ah” kepada mereka, jangan hardik mereka, berucaplah kepada mereka dengan ucapan yang mulia.

2. Selalu taati mereka berdua di dalam perkara selain maksiat, dan tidak ada ketaatan kepada makhluk di dalam bermaksiat kepada sang Khalik.

3. Lemah lembutlah kepada kedua orangtuamu, janganlah bermuka masam serta memandang mereka dengan pandangan yang sinis.

4. Jagalah nama baik, kemuliaan, serta harta mereka. Janganlah engkau mengambil sesuatu tanpa seizin mereka.

5. Kerjakanlah perkara-perkara yang dapat meringankan beban mereka meskipun tanpa diperintah. Seperti melayani mereka, belanja ke warung, dan pekerjaan rumah lainnya, serta bersungguh-sungguhlah dalam menuntut ilmu.

6. Bermusyawarahlah dengan mereka berdua dalam seluruh kegiatanmu. Dan berikanlah alasan jika engkau terpaksa menyelisihi pendapat mereka.

7. Penuhi panggilan mereka dengan segera dan disertai wajah yang berseri dan menjawab, “Ya ibu, ya ayah”. Janganlah memanggil dengan, “Ya papa, ya mama”, karena itu panggilan orang asing (orang-orang barat maksudnya –pent.).

8. Muliakan teman serta kerabat mereka ketika kedua orang tuamu masih hidup, begitu pula setelah mereka telah wafat.

9. Janganlah engkau bantah dan engkau salahkan mereka berdua. Santun dan beradablah ketika menjelaskan yang benar kepada mereka.

10. Janganlah berbuat kasar kepada mereka berdua, jangan pula engkau angkat suaramu kepada mereka. Diamlah ketika mereka sedang berbicara, beradablah ketika bersama mereka. Janganlah engkau berteriak kepada salah seorang saudaramu sebagai bentuk penghormatan kepada mereka berdua.

11. Bersegeralah menemui keduanya jika mereka mengunjungimu, dan ciumlah kepala mereka.

12. Bantulah ibumu di rumah. Dan jangan pula engkau menunda membantu pekerjaan ibumu.

13. Janganlah engkau pergi jika mereka berdua tidak mengizinkan meskipun itu untuk perkara yang penting. Apabila kondisinya darurat maka berikanlah alasan ini kepada mereka dan janganlah putus komunikasi dengan mereka.

14. Janganlah masuk menemui mereka tanpa izin terlebih dahulu, apalagi di waktu tidur dan istirahat mereka.

15. Jika engkau kecanduan merokok, maka janganlah merokok di hadapan mereka.

16. Jangan makan dulu sebelum mereka makan, muliakanlah mereka dalam (menyajikan) makanan dan minuman.

17. Janganlah engkau berdusta kepada mereka dan jangan mencela mereka jika mereka mengerjakan perbuatan yang tidak engkau sukai.

18. Jangan engkau utamakan istri dan anakmu di atas mereka. Mintalah keridhaan mereka berdua sebelum melakukan sesuatu karena ridha Allah tergantung ridha orang tua. Begitu juga kemurkaan Allah tergantung kemurkaan mereka berdua.

19. Jangan engkau duduk di tempat yang lebih tinggi dari mereka. Jangan engkau julurkan kakimu di hadapan mereka karena sombong.

20. Jangan engkau menyombongkan kedudukanmu di hadapan bapakmu meskipun engkau seorang pejabat besar. Hati-hati, jangan sampai engkau mengingkari kebaikan-kebaikan mereka berdua atau menyakiti mereka walaupun dengan hanya satu kalimat.

21. Jangan pelit dalam memberikan nafkah kepada kedua orang tua sampai mereka mengeluh. Ini merupakan aib bagimu. Engkau juga akan melihat ini terjadi pada anakmu. Sebagaimana engkau memperlakukan orang tuamu, begitu pula engkau akan diperlakukan sebagai orang tua.

22. Banyaklah berkunjung kepada kedua orang tua, dan persembahkan hadiah bagi mereka. Berterimakasihlah atas perawatan mereka serta atas kesulitan yang mereka hadapi. Hendaknya engkau mengambil pelajaran dari kesulitanmu serta deritamu ketika mendidik anak-anakmu.

23. Orang yang paling berhak untuk dimuliakan adalah ibumu, kemudian bapakmu. Dan ketahuilah bahwa surga itu di telapak kaki ibu-ibu kalian.

24. Berhati-hati dari durhaka kepada kedua orang tua serta dari kemurkaan mereka. Engkau akan celaka dunia akhirat. Anak-anakmu nanti akan memperlakukanmu sama seperti engkau memperlakukan kedua orangtuamu.

25. Jika engkau meminta sesuatu kepada kedua orang tuamu, mintalah dengan lembut dan berterima kasihlah jika mereka memberikannya. Dan maafkanlah mereka jika mereka tidak memberimu. Janganlah banyak meminta kepada mereka karena hal itu akan memberatkan mereka berdua.

26. Jika engkau mampu mencukupi rezeki mereka maka cukupilah, dan bahagiakanlah kedua orangtuamu.

27. Sesungguhnya orang tuamu punya hak atas dirimu. Begitu pula pasanganmu (suami/istri) memiliki hak atas dirimu. Maka penuhilah haknya masing-masing. Berusahalah untuk menyatukan hak tersebut apabila saling berbenturan. Berikanlah hadiah bagi tiap-tiap pihak secara diam-diam.

28. Jika kedua orang tuamu bermusuhan dengan istrimu maka jadilah engkau sebagai penengah. Dan pahamkan kepada istrimu bahwa engkau berada di pihaknya jika dia benar, namun engkau terpaksa melakukannya karena menginginkan ridha kedua orang tuamu.

29. Jika engkau berselisih dengan kedua orang tuamu di dalam masalah pernikahan atau perceraian, maka hendaknya kalian berhukum kepada syari’at karena syari’atlah sebaik-baiknya pertolongan bagi kalian.

30. Doa kedua orang itu mustajab baik dalam kebaikan maupun doa kejelekan. Maka berhati-hatilah dari doa kejelekan mereka atas dirimu.

31. Beradablah yang baik kepada orang-orang. Siapa yang mencela orang lain maka orang tersebut akan kembali mencelanya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Termasuk dosa besar adalah seseorang mencela kedua orang tuanya dengan cara dia mencela bapaknya orang lain, maka orang tersebut balas mencela bapaknya. Dia mencela ibu seseorang, maka orang tersebut balas mencela ibunya.” (Muttafaqun ‘alaihi).

32. Kunjungilah mereka disaat mereka hidup dan ziarahilah ketika mereka telah wafat. Bershadaqahlah atas nama mereka dan banyaklah berdoa bagi mereka berdua dengan mengucapkan, “Wahai Rabb-ku ampunilah aku dan kedua orang tuaku. Waha Rabb-ku, rahmatilah mereka berdua sebagaimana mereka telah merawatku ketika kecil”. (*)

Sumber: Blog Wiramandiri

Selasa, 17 Agustus 2010

Ikhwan GANTENG, Partner Sejati Akhwat?
Oleh : Ayat Al Akrash


Alangkah indahnya Islam. Kedudukan manusia dinilai dari ketaqwaannya, bukan dari gendernya. Ini adalah strata terbuka sehingga siapa saja berpeluang untuk memasuki strata taqwa.

Ikhwan dan akhwat adalah dua makhluk Allah Subhanahu wa Ta’ala yang berbeda. Ikhwan, sebagaimana ia, memang diciptakan lebih dominan rasionalitasnya karena ia adalah pemimpin bagi kaum hawa. Akhwat, sebagaimana ia, memang diciptakan lebih dominan sensitivitas perasaannya karena ia akan menjadi ibu dari anak-anaknya.

“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. 9: 71)

Di lapangan, ikhwan dan akhwat harus menjaga hijab satu sama lain, namun tentu bukan berarti harus memutuskan hubungan, karena dalam da’wah, ikhwan dan akhwat adalah seperti satu bangunan yang kokoh, yang sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain.

Belakangan ini menjadi sebuah fenomena baru di berbagai LDK kampus tentang sedikit ‘konfrontasi’ ikhwan dengan akhwat. Tepatnya, tentang kurang cepat tanggapnya da’wah para ikhwan yang notabene adalah partner da’wah dari akhwat.

Patut menjadi catatan, mengapa ADK akhwat selalu lebih banyak dari ADK ikhwan. Walau belum ada penelitian, tetapi bila melihat data kader, pun data massa dimana jumlah akhwat selalu dua sampai tiga kali lipat lebih banyak dibandingkan ikhwan, maka dapat diindikasikan bahwa ghirah, militansi dan keagresifan berda’wah akhwat, lebih unggul. Meski memang hidayah itu dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, namun tentu kita tak dapat mengabaikan proses ikhtiar.

Akhwat Militan, Perkasa dan Mandiri? Sejak kapankah adanya istilah Akhwat militan, perkasa dan mandiri ini? Berdasarkan dialog-dialog yang penulis telaah di lapangan, dan di beberapa LDK, ternyata hampir semua akhwat memiliki permasalahan yang sama, yaitu tentang kurang cepat tanggapnya ikhwan dalam menghadapi tribulasi da’wah. Bahkan ada sebuah rohis yang memang secara turun temurun, kader-kader akhwatnya terbiasa mandiri dan militan. Mengapa? Karena sebagian besar ikhwan dianggap kurang bisa diandalkan. Dan ada pula sebuah masjid kampus di Indonesia yang hampir semua agenda da’wahnya digerakkan oleh para akhwat. Entah hilang kemanakah para ikhwan.

Akibat seringnya menghadapi ikhwan semacam ini, yang mungkin karena sangat gemasnya, penulis pernah mendengar doa seorang akhwat, “Ya Allah…, semoga nanti kalau punya suami, jangan yang seperti itu… (tidak cepat tanggap–red),” ujarnya sedih. Nah!

Ikhwan GANTENG
Lantas bagaimanakah seharusnya ikhwan selaku partner da’wah akhwat? Setidaknya ada tujuh point yang patut kita jadikan catatan dan tanamkan dalam kaderisasi pembinaan ADK, yaitu GANTENG (Gesit, Atensi, No reason, Tanggap, Empati, Nahkoda, Gentle). Beberapa kisah tentang ikhwan yang tidak GANTENG, akan dipaparkan pula di bawah ini.

(G) Gesit dalam da’wah
Da’wah selalu berubah dan membutuhkan kegesitan atau gerak cepat dari para aktivisnya. Ada sebuah kisah tentang poin ini. Dua orang akhwat menyampaikan pesan kepada si fulan agar memanggil ikhwan B dari masjid untuk rapat mendesak. Sudah bisa ditebak…, tunggu punya tunggu…, ikhwan B tak kunjung keluar dari masjid. Para akhwat menjadi gemas dan menyampaikan pesan lagi agar si fulan memanggil ikhwan C saja. Mengapa? Karena ikhwan C ini memang dikenal gesit dalam berda’wah. Benar saja, tak sampai 30 detik, ikhwan C segera keluar dari masjid dan menemui para akhwat. Mobilitas yang tinggi.

(A) Atensi pada jundi
Perhatian di sini adalah perhatian ukhuwah secara umum. Contoh kisah bahwa ikhwan kurang dalam atensi adalah ketika ada rombongan ikhwan dan akhwat sedang melakukan perjalanan bersama dengan berjalan kaki. Para ikhwan berjalan di depan dengan tanpa melihat keadaan akhwat sedikitpun, hingga mereka menghilang di tikungan jalan. Para akhwat kelimpungan.., nih ikhwan pada kemana? “Duh.., ikhwan ngga’ liat-liat ke belakang apa ya?” Ternyata para ikhwan berjalan jauh di depan, meninggalkan para akhwat yang sudah kelelahan.

(N) No reason, demi menolong
Kerap kali, para akhwat meminta bantuan ikhwan karena ada hal-hal yang tidak bisa dilakukan oleh akhwat. Tidak banyak beralasan dalam menolong adalah poin ketiga yang harus dimiliki oleh aktivis. Contoh kisah kurangnya sifat menolong adalah saat ada acara buka puasa bersama anak yatim. Panitia sibuk mempersiapkannya. Untuk divisi akhwat, membantu antar departemen dan antar sie adalah hal yang sudah seharusnya dilakukan. Para akhwat ini kemudian meminta tolong seorang ikhwan untuk memasang spanduk. “Afwan ya…, amanah ane di panitia kan cuma mindahin karpet ini…,” jawab sang ikhwan sambil berlalu begitu saja karena menganggap tugas itu bukanlah amanahnya.

(T) Tanggap dengan masalah
Permasalahan da’wah di lapangan semakin kompleks, sehingga membutuhkan aktivis yang tanggap dan bisa membaca situasi. Sebuah kisah, adanya muslimah yang akan murtad akibat kristenisasi di sebuah kampus. Aktivis akhwat yang mengetahui hal ini, menceritakannya pada seorang ikhwan yang ternyata adalah qiyadahnya. Sang ikhwan ini dengan tanggap segera merespon dan menghubungi ikhwan yang lainnya untuk melakukan tindakan pencegahan pemurtadan.

Kisah di atas, tentu contoh ikhwan yang tanggap. Lain halnya dengan kisah ini. Di sebuah perjalanan, para akhwat memiliki hajat untuk mengunjungi sebuah lokasi. Mereka kemudian menyampaikannya kepada ikhwan yang notabene adalah sang qiyadah. Sambil mengangguk-angguk, sang ikhwan menjawab, “Mmmm….” “Lho… terus gimana? Kok cuma “mmmmm”…” tanya para akhwat bingung. Sama sekali tidak ada reaksi dari sang ikhwan. “Aduh… gimana sih….” Para akhwat menjadi senewen.

(E) Empati
Merasakan apa yang dirasakan oleh jundi. Kegelisahan para akhwat ini seringkali tercermin dari wajah, dan lebih jelas lagi adalah dari kata-kata. Maka sebaiknya para ikhwan ini mampu menangkap kegelisahan jundi-jundinya dan segera memberikan solusi.

Contoh kisah tentang kurang empatinya ikhwan adalah dalam sebuah perjalanan luar kota dengan menaiki bis. Saat telah tiba di tempat, ikhwan-akhwat yang berjumlah lima belas orang ini segera turun dari bis. Dan bis itu melaju kembali. Para akhwat sesaat saling berpandangan karena baru menyadari bahwa mereka kekurangan satu personel akhwat, alias, tertinggal di bis! Sontak saja para akhwat ini dengan panik, berlari dan mengejar bis. Tetapi tidak demikian halnya dengan ikhwan, mereka hanya berdiri di tempat dan dengan tenang berkata, “Nanti juga balik lagi akhwatnya.”

(N) Nahkoda yang handal
Laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita. Ia adalah nahkoda kapal. Lantas bagaimanakah bila sang nahkoda tak bergerak? Alkisah, tentang baru terbentuknya kepengurusan rohis. Tunggu punya tunggu…, hari berganti hari, minggu berganti minggu, ternyata para ikhwan yang notanebe adalah para ketua departemen, tak kunjung menghubungi akhwat. Akhirnya, karena sudah “gatal” ingin segera gerak cepat beraksi dalam da’wah, para akhwat berinisiatif untuk “menggedor” ikhwan, menghubungi dan menanyakan kapan akan diadakan rapat rutin koordinasi.

(G) Gentle
Bersikap jantan atau gentle, sudah seharusnya dimiliki oleh kaum Adam, apatah lagi aktivis. Tentu sebagai Jundullah (Tentara Allah) keberaniannya adalah di atas rata-rata manusia pada umumnya. Namun tidak tercermin demikian pada kisah ini. Sebuah kisah perjalanan rihlah. Rombongan ikhwan dan akhwat ada dalam satu bis. Ikhwan di depan dan akhwat di belakang. Beberapa akhwat sudah setengah mengantuk dalam perjalanan. Tiba-tiba bis berhenti dan mengeluarkan asap. Para ikhwan segera berhamburan keluar dari bis. Tinggallah para akhwat di dalam bis yang kelimpungan. “Ada apa nih?” tanya para akhwat. Saat para akhwat menyadari adanya asap, barulah mereka ikut berhamburan keluar. “Kok ikhwan ninggalin gitu aja…” ujar seorang akhwat dengan kecewa.

Penutup
Fenomena ketidak-GANTENG-an ikhwan ini, akan dapat berpengaruh pada kinerja da’wah. Ikhwan dan akhwat adalah partner da’wah yang senantiasa harus saling berkoordinasi. Masing-masing ikhwan dan akhwat memang mempunyai kesibukannya sendiri, namun ikhwan dilebihkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, yaitu sebagai pemimpin. Sehingga wajar saja bila yang dipimpin terkadang mengandalkan dan mengharapkan sang qawwam ini bisa jauh lebih gesit dalam berda’wah (G), perhatian kepada jundinya (A), tidak banyak alasan dalam menolong (N), tanggap dalam masalah (T), empati pada jundi (E), menjadi nahkoda yang handal (N) dan mampu memberikan perlindungan (G). Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, "Kaum laki-laki adalah pemimpin (qawwam) bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita)..." (QS. An-Nisa':34).

Kita harapkan, semoga semakin banyak lagi ikhwan-ikhwan GANTENG yang menjadi qiyadah sekaligus partner akhwat. Senantiasa berkoordinasi. Ukhuwah di dunia, dan di akhirat. Amiin. []

PS : Ayo kita budidayakan (memangnya ternak???) ikhwan GANTENG ini. Dan pada pembahasan selanjutnya, dapat dikupas tentang akhwat CANTIK. Nah, untuk ini, biarkan ikhwan yang menulis ^ _ ^

------
hudzaifah.org

Rabu, 21 Juli 2010

ghuraba ( orang-orang asing )


Terkadang diri merasa hidup dalam suasana yang asing …

Tatkala orang lain bermewah-mewahan,

tatkala yang lain mengeruk habis keuntungan dunia

moral sudah dianggap sebelah mata

asusila merata

kesyirikan merajalela

berbagai pelanggaran terhadap syari’at agama …

***


Ada sebagian manusia di zaman ini yang masih berusaha tuk mematuhi perintah Tuhannya beserta RasulNya, menjaga diri dari setiap keburukan, meninggalkan yang haram dan syubhat, berusaha bersikap sederhana terhadap dunia, menjaga amalan-amalan sunnah dan istiqamah di atasnya… yang mana hanya sedikit sekali yang berbuat demikian…

Rugikah mereka? Sekali-kali tidak… Itulah pertanda yang telah dikabarkan melalui lisan Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam. Barang siapa yang mencoba istiqamah dalam beragama, akan merasa dirinya asing… Lihatlah sekeliling…

Sungguh beruntung orang-orang asing itu, merekalah Al Ghuraba’ yang disabdakan oleh Nabi Shalallaahu ‘alaihi wasallam…

***

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
“Artinya : Sesungguhnya Islam dimulai dengan keterasingan dan akan kembali asing sebagaimana awalnya, maka beruntunglah orang-orang yang asing (Al-Ghuraba)” (HR. Muslim)

Siapakah yang dimaksud dengan Al Ghurabaa’?

Dan dalam riwayat lain :
“Artinya : (yaitu) Orang-orang yang berbuat kebajikan ketika manusia rusak“

Dari Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam memegang pundakku dan bersabda, “Jadilah engkau di dunia ini seperti orang asing atau penyeberang jalan.” Ibnu Umar rodhiallahu ‘anhu berkata, “Jika kamu berada di sore hari, jangan menunggu pagi hari, dan jika engkau di pagi hari janganlah menunggu sore, manfaatkanlah masa sehat sebelum datang masa sakitmu dan saat hidupmu sebelum datang kematianmu.” (HR. Bukhari)

***

Sesungguhnya awal kedatangan Islam di dunia ini dalam keadaan asing, sebagaimana telah kita ikuti jejak kisahnya dalam Sirah Nabawi (sejarah Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam). Betapa beliau dan para sahabatnya telah bersusah payah menyebarkan Islam hingga ke seluruh penjuru bumi …

Setelah kejayaan Islam, akan datang masa saat ajaran-ajaran Islam yang sebenarnya itu bersumber pada Al Qur’an dan As Sunnah dianggap asing oleh manusia, … ironisnya, termasuk oleh kaum muslimin sendiri…. :-(

Orang-orang yang berusaha mengamalkan ajaran Islam secara murni dianggap ‘sok alim’…’sok suci’… ‘sok moralis’… Menutup aurat secara syar’i dianggap sebagai aliran sesat atau terlontar julukan yang tidak sepantasnya diucapkan oleh kaum muslimin itu sendiri… Duniapun dibuat phobi pada Islam …

Namun… Agama ini senantiasa dalam penjagaanNya… Akan ada di setiap zaman, para penjaga syari’atNya… Merekalah Al Ghurabaa’… Mereka tak mesti kyiai, ustadz atau apalah sebutannya… Mereka adalah orang-orang biasa …. sama seperti manusia lainnya… Namun, yang membedakan, mereka berusaha untuk berbuat baik… saat manusia yang lainnya telah ‘rusak’, baik moral, akhlak, dan pemikirannya…

Dan ingat…. orang-orang yang terasing itu sangat sedikit sekali jumlahnya… Banyak orang yang menyelisihinya, tak sepaham dengannya, mencela dan menghinanya… :-(

Sungguh, bila kita hanya mengikuti apa kata orang tanpa menimbangnya dari segi syari’at… hanya akan menyesatkan kita dari jalanNya saja… Misalnya saat ada keinginan untuk menutup aurat, namun ragu membayang… “Apa kata orang nanti??”
“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang ada di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan-Nya…” (Q.S. 6:116).

***

Ketahuilah, di akhir zaman ini, dengan semakin jauhnya kita dari zaman Nabi Shalallahu’alaihi wa sallam… mengamalkan satu sunnah dari beliau akan mendapatkan ganjaran setara dengan 50 pahala para sahabat beliau yang melakukan amalan yang sama…

Sebagaimana sabda Beliau Shalallahu ‘alaihi wasallam yang artinya:

“Sesungguhnya di belakang kalian ada suatu hari, kesabaran di dalamnya seperti memegang bara api, orang yang beramal pada hari-hari semacam ini pahalanya seperti 50 orang yang beramal seperti amalnya kalian.”

Namun… memerlukan kesabaran tuk melaksanakan amalan tersebut… seolah-olah kita memegang bara api, sangat berat karena banyak orang yang akan mencela kita…

Banyak amalan-amalan sunnah yang dapat kita kerjakan, satu per satu, sedikit demi sedikit… dan untuk mengetahuinya hanya ada satu, yaitu menuntut ilmu agama ini, dengan menghadiri pengajian, mendengarkan ceramah ataupun membaca buku-buku Islam yang bermanfaat… ^^

Semuanya tergantung pada diri kita masing-masing… Semuanya terserah pada kita, karena kitalah pelaku kehidupan masing-masing. Tak ada paksaan dalam mengamalkan ajaran agama. Namun… kita juga harus siap mempertanggungjawabkan segala amal perbuatan di dunia ini kelak di pengadilanNya…

***

Adakah kita termasuk ke dalamnya??

Tidakkah kita ingin bersama dengan mereka??

Marilah kita berusaha untuk mendalami dan menjalankan ajaran agama ini dengan sebaik-baiknya, sesuai dengan tingkat kemampuan kita… Tuntutlah ilmu, hingga ajal menjemputmu…

Senin, 05 Juli 2010

Jangan Menilai Orang dari Penampilannya.


Ada sebuah kisah nyata ,tentang seorang yang berpenampilan acak-acakan.
suatu hari..! ( halah..cam dongeng aja) seorang yg berpenampilan acak- acakan pergi kerumah temannya,tempat mereka nongkrong bareng..! kegiatan yang dilakukan sama seperti anak-anak muda pada umummnya yaitu bermain gitar dan bernyanyi bersama.Walau ada yang suaranya sumbang,suara binatang ( ho..ho..) ,suara… campur deh semuanya ( nasi kale ya he..he..)
apalagi suara orang yang berpenampilan acak-acakan itu hancur lebur,kayak suara kaleng jatuh.wkwkwkwkkwkkk..

Dan setelah peristiwa itu ( halah..cam moment penting aja .) siacak-acakan mendengar kabar nga enak dari teman yang dikunjungi kemaren,bahwasanya dia tidak boleh lagi datang kerumah temannya dengan alasan keluarganya tidak suka dengan kehadiran orang yang acak-acakan ,terutama neneknya. lalu siacak-acakan pergi kerumah temannya untuk bertanya tentang kabar itu.
Sampai dirumah temannya dan bertemu lalu dia bertanya : sebenarnya ada apa,apa saya ada berbuat salah..? temannya menjawab: tidak ada yang salah,hanya nenek saya tidak suka saya berteman dengan kamu,karena kamu acak-cakan,muka serem kayak preman katanya..padahal sudah saya jelaskan semuanya pada nenek,tapi nenek tetap tidak suka,.jangan diambil hati ya friend.aku hanya menyampaikan hal yang sebenarnya, maklum namanya juga nenek-nenek oke friend.

Setelah mengetehui jawaban temennya,siacak-acakan pulang dengan hati sedikit kecewa.
dalam hati dia bertanya,apa yang salah dengan diriku.? apa karena penampilanku.?
atau karena tampangku..?
ah biarin aja... yang penting aku nga berbuat salah menurut agama dan hukum Negara.

Sebulan berlalu,masuklah pada bulan Ramadhan,dimana siacak-acakan tersebut aktif di remaja Mesjid dan dia termasuk salah satu protokol dimesjid itu.
setelah kegiatan ceramah dan sholat tarawih selesai, si acak-acakan bertemu dengan nenek temannya yang tidak suka dengan dia dimesjid itu, sinenek bertanya …anak ini temannya cucu nenek ya..? iya nek jawab siacak-acakan,lalu sinenek tersenyum dan meninggalkan siacak-acakan..sedangkan siacak-acakan bingung. dan terbengong.

Dikarenakan sering bertemu siacak-acakan di mesjid setelah sholat tharawih,si nenek jadi penasaran, ketika bertemu dihalaman mesjid itu dia langsung bertanya pada siacak-acakan. anak ini tinggal dimana? disini nek jawab siacak-acakan dengan menyebut alamatnya lengkap dengan nomor rumahnya. lalu sinenek bertanya lagi, nomor rumah itukan sipemiliknya teman nenek mengaji,itu siapanya kamu..? dia kakak tertua saya nek, kakak kandung.

mendengar jawaban siacak-acakan lalu si nenek tertawa senang dan berkata,ooo.....alah nak.. nak, kenapa kemarin-kemarin nga bilang, kalau kamu itu adiknya teman nenek. kakak kamu itu bendahara dipengajian nenek, ya sudah besok main kerumah ya…sambil berlalu pulang meninggalkan siacak-acakan. sedangkan siacak-acakan bingung sambil tersenyum dan berkata... dulu melarang, sekarang menyuruh main kerumah. ada apa dengan si nenek ini ya..? bingung jadinya.lalu siacak-acakan masuk kembali kedalam mesjid.

Cuma mengingatkan saja neh, bukan soq alim ya friend….!! ^_^

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa”. (QS.al-Hujurat:12)

MATA BISA TERTIPU ,LIHATLAH PERKATAAN DAN PERBUATANNYA BUKAN PENAMPILANNYA.

sumber : http://kisahkehidupanpemuda.blogspot.com/2010/05/jangan-menilai-orang-dari-penampilannya.html

Senin, 14 Juni 2010

APA YANG KALIAN KETAHUI TENTANG Masjid Al AQSA ?

Masjidil Aqsha adalah kiblat pertama umat Islam sebelum akhirnya dipindahkan ke Baitullah sekarang. DI tempat suci inilah Rasulullah SAW melakukan
Israa dan dari sana pula ia berangkat Mi'raj. Dalam hadits shahih
disebutkan sebagai salah satu daria tiga masjid yang dianjurkan untuk
diziarahi, yakni Masjidil Haram, Masjid Nabawi dan Masjid Al Aqsha.

Saat ini, tahukah kalian bahwa dimanapun kalian berada di seluruh dunia
ini, pemandangan yang diperlihatkan pada banyak orang di seluruh media
di muka bumi ini yang dikatakan sebagai Masjid Al Aqsa sebenarnya adalah masjid DOME OF THE ROCK alias Masjid Kubah As-Sakhra?

Palestina pada tahun 1967, Zionis Yahudi menginvasi Palestina dengan
cara mendirikan negara Israel di atas Negara Palestina, dengan cara
menduduki Palestina. Israel yang dikuasai oleh orang-orang Yahudi ini,
mengusir bangsa Arab Muslimin yang mendiami tanah Palestina dan mulai
memporak-porandakan Masjidil Aqsha. Mereka perlakukan Masjidil Aqsha
dengan semena-mena, seperti membebaskan siapa saja untuk masuk ke dalam
masjid. Hingga tak jarang, terlihat pemandangan orang Yahudi yang
sedang berpacaran di dalam masjid atau para turis yang berkeliaran
dengan pakaian seadanya di lingkungan masjid. Pada tahun 1969, mimbar
megah yang dibuat oleh Shalahuddin Al Ayubi di dalam masjid (yang
dibuat oleh Shalahuddin Al Ayyubi setelah berhasil merebut kembali
Masjidil Aqsha dari tangan penjajah, guna memperingati Isra Mi'raj di
lingkungan masjid) dibakar oleh Yahudi. Peristiwa pembakaran mimbar
inilah yang kian meruncingkan barisan umat Muslim guna melawan Yahudi
dan mendorong umat Islam sedunia membentuk OKI. Pada tahun 1970,
Palestina akhirnya dikuasai sepenuhnya oleh zionis Israel.

Entah sejak kapan, berkembang sebuah fokus perhatian bahwa yang namanya
Masjid Al Aqsa yang diramaikan dan dianggap bersejarah oleh Ummat Islam
itu adalah masjid indah dengan Kubah Emas berbentuk segienam ini. Fokus
perhatian ini dikembangkan lewat gambar-gambar indah yang beredar,
lewat postcard-postcard yang beredar, juga gambar-gambar indah di
Kalender islami dan lewat buku-buku turisme. Inilah Masjid As-Shakhra
yang dimaksud dan sudah sangat terkenal tersebut.



Masjid Qubbatus Shakhrah (As-Shakhra) yang terlihat seperti gambar di
atas adalah masjid berkubah keemasan. Shakhrah artinya batu. Masjid
tersebut dibangun oleh salah satu Khalifah pada masa kekuasaan Bani
Umayyah, Abdul Malik bin Marwan. Tujuannya untuk menjaga batu (Shakhrah)
yang merupakan tempat Rasulullah berangkat melakukan mi'raj ke langit
bersama Malaikat Jibril as. Batu itu sendiri berasa dalam lingkaran (haram) Al Aqsha, dan bukan masjid itu sendiri. Masjid inilah yang sering diduga sebagai masjidil Aqsha.

Pada akhirnya, anak-anak muslim di seluruh dunia ini sering kali
dibingungkan dengan kedua masjid tersebut sehingga akhirnya mereka
memiliki referensi yang salah terhadap mana Masjid Al Aqsa yang
sebenarnya. Banyak orang yang pada akhirnya menyangka bahwa Masjid Al
Aqsa yang sebenarnya adalah masjid dengan Kubah Emas di atasnya, yang
berdiri tepat di samping tembok ratapan umat Yahudi. Tembok ratapan
umat Yahudi sendiri sesungguhnya adalah Tembok Buraq, yaitu tembok
tempat Rasulullah saw mengikat Buraq, kendaraannya ketika Isra Mi'raj.
Sekarang tembok ini dikuasai oleh Israel dan dijadikan Tembok Ratapan.

Bagaimana dengan Kalian sendiri? Bisakah Kalian lihat perbedaannya? Perhatikan gambar di bawah berikut ini:




Pada gambar di atas kalian melihat tembok yang memagari kompleks
masjidil Aqsha, yang biasa disebut Batas Lingkar Komplek Masjidil Aqsha
(Harom Masjid Al-Aqsha).
Yang disebut kompleks Al Aqsha adalah daerah yang ada di dalam pagar
kotak. Dulu pagar itu hanya terbuat dari tanah. Lalu, pada masa
khilafah Utsmaniyah, dibangun tembok karena takut kalau Yahudi
mencaplok kompleks (haromul) Masjid Al Aqsha tersebut.

Inilah masjid Al Aqsa yang bersejarah tersebut.



Dan inilah Masjid Al Aqsa tampak dari dekat dan dari depan.




Masjidil Aqsha adalah masjid kedua di muka bumi (berkubah biru).
Dibangun oleh Nabi Adam setelah ia membangun Baitul Haram. Lalu
bangunannya roboh seiring dengan waktu. Kemudian dibangun kembali oleh
Nabi Dawud, dan disempurnakan oleh Nabi Sulaiman. Masjidil Aqsha inilah
yang terus menerus ingin dirobohkan oleh Yahudi, untuk mendirikan di
atasnya apa yang mereka dongengkan sebagai Haikal Sulaiman. Salah satu
caranya, dengan menyebarkan pengetahuan keliru kepada masyarakat bahwa
yang dimaksud dengan Masjidil Aqsha adalah Masjid Qubbah Shakhrah
(berkubah kuning) di sebelanya. Meskipun masjid itu masuk dalam
kompleks pagar (Harom) Masjidil Aqsha tapi bukan itu masjidnya.
Pada saat yang sama diam-diam Yahudi itu menggali Masjidil Aqsha yang sesungguhnya.

Sebelum kesalahanan berkembang pada Ummat Islam dan akhirnya tiada yang
menyadari bahwa Masjid Al Aqsa yang sebenarnya telah dihancurkan, ada
baiknya kita sebagai generasi Islam tetap hati-hati dan mengabarkan
kebenaran yang sebenarnya pada Ummat. Setidaknya, anak-anak kita tahu
dan tidak lagi ragu untuk menunjukkan yang manakah masjid Al Aqsa yang
asli. Yang benar adalah benar dan yang salah haruslah diperbaiki.

jadi inilah masjid al-aqsa yang sebenarnya!!!

Minggu, 13 Juni 2010

KUMPULAN BEBERAPA HADITS SHAHIH Dari Kitab Bukhari dan Muslim


Dari Abi Abdurrahman Abdillah bin Umar bin Khattab ra. berkata: Aku telah mendengar Rasulullah saw bersabda: "Bangunan Islam itu atas lima perkara Mengakui bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dan sesungguhnya Muhammad itu Utusan Allah, Mendirikan Shalat, Mengeluarkan Zakat, Mengerjakan Haji ke Baitullah dan Puasa bulan Ramadhan."
(Bukhari - Muslim)

Dari Abi Hamzah Anas bin Malik ra. pelayan Rasulullah saw dari Nabi saw telah berkata: "Tidak sempurna iman seseorang diantaramu hingga mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri."
(Bukhari - Muslim)

Dari Ibni Mas'ud ra. telah berkata: Telah bersabda Rasulullah saw: "Tidak halal darah seorang muslim kecuali disebabkan salah satu dari tiga perkara: Duda/janda yang berzina, Pembunuhan dibalas bunuh, Orang meninggalkan agamanya, memisahkan diri dari jama'ah (murtad)."
(Bukhari - Muslim)

Dari Abu Musa (Abdullah) bin Qais al-asy'ary r.a. berkata: Rasulullah saw ditanya mengenai orang-orang yang berperang karena keberanian, karena kebangsaan atau karena kedudukan manakah diantara semua itu yang disebut fisabilillah? Rasulullah saw menjawab, "Siapa yang berperang semata-mata untuk menegakkan kalimatullah (agama Allah) maka itulah fisabilillah."
(Bukhari - Muslim)

Dari Abu Bakrah (Nufa'i) bin al Harits ats Tsaqafy berkata: Rasulullah saw bersabda, "Apabila dua orang Muslim berhadapan dengan pedang masing-masing maka pembunuh dan terbunuh keduanya sama-sama masuk neraka. Abu Bakrah bertanya, "Ya Rasulullah, yang membunuh jelas masuk neraka tetapi mengapa yang terbunuh juga demikian? Rasulullah saw menjawab, "Karena ia juga memiliki niat sungguh-sungguh akan membunuh lawannya."
(Bukhari - Muslim)

Dari Anas bin Malik r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, "Sesungguhnya Allah lebih suka menerima taubat seorang hamba-Nya melebihi kesenangan seorang yang menemukan kembali tiba-tiba untanya yang telah hilang daripadanya di tengah hutan."
(Bukhari - Muslim)

Dari Abu Said dan Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, "Tiadalah seorang Muslim itu menderita kelelahan atau penyakit atau kesusahan (kerisauan hati) hingga tertusuk duri melainkan semua itu akan menjadi penebus kesalahan-kesalahannya."
(Bukhari - Muslim)

Dari Abu Hurairah r.a. berkata, Rasulullah bersabda, "Bukanlah orang yang kuat itu yang dapat membanting lawannya, kekuatan seseorang itu bukan diukur dengan kekuatan tetapi yang disebut orang kuat adalah orang yang dapat menahan hawa nafsunya pada waktu marah."
(Bukhari - Muslim)

Dari Abu Khalid (Hakim) bin hizam r.a. berkata, Rasulullah saw bersabda , Penjual dan pembeli keduanya bebas belum terikat selagi mereka belum berpisah maka jika benar dan jelas keduanya, diberkahi jual beli itu tetapi jika menyembunyikan dan berdusta maka terhapus berkah jual beli itu."
(Bukhari - Muslim)

Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Seseorang datang kepada Rasulullah saw lalu bertanya, "Ya Rasulullah, sedekah manakah yang lebih besar pahalanya? Rasulullah saw menjawab, "Bersedekah dalam keadaan sehat sedang engkau amat sayang kepada harta tersebut, takut miskin dan mengharapkan kekayaan. Oleh sebab itu jangan menunda-nunda sehingga apabila ruh (nyawa) sudah sampai di tenggorokan (hampir mati) lalu engkau berwasiat untuk si fulan sekian, untuk si fulan sekian."
(Bukhari - Muslim)

Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, "Neraka tertutup oleh berbagai syahwat dan hawa nafsu sedangkan surga tertutup oleh berbagai kesukaran dan keberatan."
(Bukhari - Muslim)

Dari Anas r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, "Yang mengikuti mayyit ada tiga keluarga, kekayaan dan amalnya maka yang dua kembali yaitu keluarga dan kekayaannya dan tetap tinggal padanya yang satu yaitu amal perbuatannya."
(Bukhari - Muslim)

Dari 'Aisyah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, "Siapa yang mengambil hak orang lain walau sejengkal tanah akan dikalungkan hingga tujuh petala bumi."
(Bukhari - Muslim)

Dari Abdullah bin Amr bin al-Ash r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, "Seorang Muslim adalah yang dapat selamat sekalian orang Muslim dari gangguan lidah dan tangannya. Seorang Muhajir adalah orang yang meninggalkan semua larangan Allah."
(Bukhari - Muslim)

Dari Usamah bin Zaid r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, "Aku berdiri di muka pintu surga tiba-tiba kudapatkan kebanyakan yang masuk surga adalah orang-orang fakir miskin sedangkan orang-orang kaya masih tertahan oleh perhitungan kekayaanya dan orang-orang ahli neraka telah diperintahkan masuk neraka maka ketika saya berdiri di dekat pintu neraka tiba-tiba kudapatkan kebanyakan yang masuk ke dalamnya adalah orang-orang perempuan."
(Bukhari - Muslim)